Diantara padatnya kesibukan
sehari-hari, terkadang kita mudah lupa meluangkan waktu untuk membaca buku yang
kita senangi. Padahal dalam kenyataannya membaca buku tidak hanya bermanfaat sebagai hiburan saja. Sebuah studi yang diterbitkan
di jurnal Science pada Oktober 2013 lalu menunjukkan bahwa membaca buku (terutama
fiksi) dapat mengembangkan kemampuan “teori pikiran” yaitu kemampuan untuk ‘memahami’
pikiran dan perasaan orang lain.
Manfaat yang kita dapatkan dari
membaca buku tidak berhenti sampai disitu saja. Membaca buku ternyata juga memiliki
pengaruh positif bagi kesehatan kita, yang sudah dibuktikan dalam
penelitian-penelitian ilmiah terkemuka. Lantas, apa saja manfaat yang dapat
diperoleh melalui membaca buku secara rutin?
Membaca dapat menenangkan pikiran.
Apakah Anda merasa stress? Jika
jawaban Anda ‘iya’, bacalah sebuah buku. Sebuah penelitian di University of
Sussex pada 2009 menunjukkan bahwa membaca merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stress, mengalahkan cara-cara lain seperti mendengarkan musik, minum teh
atau kopi, dan berjalan-jalan. Dengan mengukur detak jantung dan tegangan otot,
partisipan hanya butuh 6 menit untuk rileks setelah mulai membaca.
Membaca dapat membantu menajamkan pikiran.
Ternyata, membaca buku dapat
membantu menjaga kesehatan otak ketika Anda mencapai usia tua, menurut
penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Neurology. Penelitian yang
melibatkan 294 orang yang meninggal di usia rata-rata 89 tahun menemukan bahwa
orang yang terlibat dalam aktivitas yang menstimulasi mental, seperti membaca,
mengalami penurunan memori yang lebih lambat dibandingkan dengan yang tidak
terlibat dalam aktivitas tersebut. Orang yang melatih pikiran dengan membaca
memiliki 32 persen penurunan mental lebih rendah dibandingkan dibandingkan
dengan rekan-rekan mereka yang tidak terbiasa melatih pikiran.
Membaca bahkan mungkin dapat mencegah penyakit Alzheimer.
Menurut riset yang terbit dalam
jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences tahun 2001, orang dewasa
yang memiliki hobi yang melibatkan otak, seperti membaca atau bermain
teka-teki, memiliki lebih sedikit kecenderungan untuk terkena penyakit
Alzheimer. Akan tetapi, peneliti hanya menemukan suatu kaitan antara hobi
tersebut dengan Alzheimer, bukan hubungan sebab-akibat. Kaitan tersebut mungkin
dikarenakan ketidakaktifan merupakan faktor resiko bagi penyakit, berdasarkan
riset tersebut.
“Otak adalah sebuah organ di dalam
tubuh, yang ikut menua tergantung penggunaannya. Seperti aktivitas fisik yang
menguatkan jantung, aktivitas intelektual menguatkan otak melawan penyakit,”
menurut Dr. Robert P. Friedland dalam riset tersebut.
Membaca dapat membantu Anda tidur lebih nyenyak.
Banyak ahli menyarankan agar memiliki
kebiasaan menenangkan diri secara rutin untuk menenangkan pikiran serta
mengisyaratkan tubuh untuk menutup mata. Membaca dapat menjadi cara yang baik
untuk melakukannya, asalkan buku yang dibaca tidak membuat Anda terjaga
sepanjang malam dalam membacanya. Membaca dengan cahaya lampu tidur ternyata lebih baik dibandingkan dengan cahaya dari laptop, karena cahaya dari peralatan elektronik memberi sinyal kepada otak agar otak tetap dalam keadaan terjaga.
Membaca dapat membuat Anda lebih berempati.
Menurut sebuah penelitian yang
diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE, membaca fiksi mungkin benar-benar dapat
meningkatkan empati. Para peneliti di Belanda merancang dua eksperimen yang
menunjukkan bahwa orang yang “tergerak secara emosional” oleh suatu cerita
fiksi memiliki empati yang meningkat. Dalam dua eksperimen tersebut, empati
yang meningkat ditunjukkan oleh pembaca cerita-cerita fiksi karangan Arthur Conan
Doyle atau
José Saramago.
Di samping itu, buku-buku motivasi atau self-help dapat mengurangi depresi.
Buku-buku self-help dapat membantu diri Anda sendiri. Sebuah studi yang
diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE menunjukkan bahwa membaca buku self-help (juga disebut
"biblioterapi"), dikombinasikan dengan sesi dukungan tentang cara
menggunakannya, dikaitkan dengan tingkat depresi yang lebih rendah setelah satu
tahun dibandingkan dengan perawatan khusus yang diterima pasien.
Buku self-help bahkan dapat
bekerja dalam kasus-kasus depresi berat. Menurut meta analisis dari University
of Manchester yang diterbitkan pada tahun 2013, seseorang dengan depresi berat
bisa mendapatkan keuntungan dari "intervensi intensitas rendah,"
termasuk buku self-help dan situs-situs
interaktif, sebanyak atau lebih dari mereka yang kurang mengalami depresi
berat.
0 comments:
Post a Comment